Secara jujur, sulit rasanya untuk melupakan You are the Apple of My Eye terutama adegan menjelang terakhirnya. Ada kebahagiaan, tawa tegar dan manis romansa, tapi ada juga kekecewaan dan harap yang lepas.
Adegan pernikahan (dan dengan siapa Shin Yia Ci pada akhirnya akan menikah tidak akan saya beritahu) namun Giddens Ko----sang sutradara---- cukup pintar meramu semua emosi penonton yang sejak tadi menanti kemanakah cerita cinta Ko Teng - Shin Chia Yi akan berlabuh. Perasaan penonton semakin campur aduk ketika flashback momen-momen SMA Ko Teng - Shin Chia Yi ditampilkan, ada realita pahit didalamnya, dan saya yakin penonton juga merasakan itu.
Teka-teki kenapa film bersenjatakan cerita masa SMA cenderung menjadi film dengan tema yang mampu diminati penonton mungkin terjawab. Tidak lain karena, ya, penonton pun mengalaminya. Ada perasaan yang tersalurkan ketika menyimak cerita yang menuturkan keseharian ; yang juga terjadi dikehidupan para penontonnya. Selanjutnya tinggal masalah si pembuatnya yang lihai tidak untuk menyajikannya secara baik dilayar, karena tidak semua pembuat mampu untuk peka menangkap kilasan balik nostagia itu untuk dapat dirangkum menjadi sebuah tontonan yang menyenangkan. Selain yang belakangan ini dibuat : Sunny, Suckseed, A Crazy Little Thing Called Love, You are the Apple of My Eye juga sama : sebuah presentasi masa SMA. Masa SMA yang identik dengan kebodohan, kesalahan, teman-teman, dan pasti cinta.
*
Ceritanya begini. Ko Teng (Ke Zhendong) adalah seorang anak lelaki nakal di masa SMA-nya. Buatnya belajar itu tidak ada gunanya. Ucapan-ucapannya yang saya setuju adalah, "Kalaupun 10 tahun aku lupa belajar logaritma, hidupku akan baik-baik saja" atau saat dia mencoba belajar dan menggumam,"Belajar (Matematika) ini kalaupun bisa juga tidak ada gunanya untuk kehidupan!" Ah, persis pola pikir saya jaman SMA dulu.
Nah, Ko Teng ini punya teman-teman yang juga beraneka macam, ada Bo Chun yang selalu ereksi, A Ho yang culun dan pintar (diperankan oleh Bobo Ho yang sudah dewasa), Lao Tsao (sepintas mirip Edison Chen) yang sok cool dan jago bermain basket, dan terakhir Liao Ying yang hobi bermain sulap dan usil.
*
Ceritanya begini. Ko Teng (Ke Zhendong) adalah seorang anak lelaki nakal di masa SMA-nya. Buatnya belajar itu tidak ada gunanya. Ucapan-ucapannya yang saya setuju adalah, "Kalaupun 10 tahun aku lupa belajar logaritma, hidupku akan baik-baik saja" atau saat dia mencoba belajar dan menggumam,"Belajar (Matematika) ini kalaupun bisa juga tidak ada gunanya untuk kehidupan!" Ah, persis pola pikir saya jaman SMA dulu.
Nah, Ko Teng ini punya teman-teman yang juga beraneka macam, ada Bo Chun yang selalu ereksi, A Ho yang culun dan pintar (diperankan oleh Bobo Ho yang sudah dewasa), Lao Tsao (sepintas mirip Edison Chen) yang sok cool dan jago bermain basket, dan terakhir Liao Ying yang hobi bermain sulap dan usil.
*
Plot cerita yang diutarakan film ini sebenarnya secara garis besar lebih mengarah pada lika-liku cinta Ko Teng kepada siswi cantik nan pintar bernama Shin Chia Yi (Michelle Chen). Namun ada juga tentang transisi kehidupan Ko Teng pasca lulus SMA - kuliah dan cerita impiannya dan teman-temannya. Film ini sendiri berdasarkan sebuah novel yang juga ditulis oleh sutradaranya, dan narasi di film ini memang tentang Ko Teng dan bagaimana ia menceritakan asal mula ia membuat novel serupa.
*
Pertama, saya mau bilang, selain adegan pernikahan yang merupakan adegan "puncak"nya film ini ada lagi satu adegan yang bahkan sampai saya menulis artikel ini saya masih ketawa kalau mengingatnya. Adegan dimana Bo Chun dan Ko Teng onani di kelas visualisasinya bodoh sekali. Namun membuat saya terpingkal-pingkal bahkan setelah menontonnya saya masih teringat betapa konyolnya adegan itu. Seperti halnya Suckseed, memang banyak formula kekonyolan yang dimasukkan Giddens Ko untuk bahan komedi yang memancing tawa, diantaranya yang paling renyah adalah adegan onani yang saya maksud diatas. Tapi kadang ada pula rasanya dosis komedi disini terlalu berlebihan, bahkan jaraknya saling tubruk antara unsur dramanya. Well, sebenarnya tidak masalah. Masalah utama You are the Apple of My Eye bagi saya justru pada penyampaian cerita cinta Ko Teng - Shin Yia Chi yang sebenarnya mampu tampil lebih mengena lagi. Penyampaian cerita cintanya terkesan bertele-tele buat saya-----ketika awal-awal cerita cinta mereka di SMA masih manis dan terjaga baik, namun begitu sampai ke cerita Ko Teng lepas dari SMA, rasanya cerita cinta ini mulai membosankan dan terlalu diolah dramatis. Padahal, cerita cinta Ko Teng itulah konflik utamanya. Rekatan emosi penonton baru kembali lagi ketika ending berbicara :ya adegan pernikahan itu.
Walau lemah di penyampaian cerita utama dan beberapa bagian yang cenderung corny, You are the Apple of My Eye unggul sebagai presentasi masa SMA yang cukup ringan untuk ditonton. Ada kebodohan bersama teman-teman sekelas. Ada yang menaksir tapi malu untuk mengatakan. Ada masa-masa rela melakukan apapun demi cinta, ada pula masa begitu yakin dengan cita-cita kelak, namun toh akhirnya malah menekuni profesi berbanding terbalik dari cita-cita. You are the Apple of My Eye cukup mampu menyajikan semuanya dengan sederhana, rasanya memang terlepas dari naskahnya yang lemah dibeberapa lini, kamu pasti akan merasa bernostalgia dengan film ini.
*
Dan untuk adegan pernikahan itu, saya yakin itulah hasil akhir terindah yang membuat film ini jadi tidak mudah untuk dilupakan. Ah iya, termasuk adegan onani bodoh.
"Aku salah. Ternyata ketika kamu sangat-sangat mencintai seseorang, jika ada yang begitu mencintainya, kamu akan mendoakan dari hati yang paling dalam dia bahagia selamanya."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar