Kamis, 31 Mei 2012

Cinta Tak Bersyarat



Pagi itu klinik sangat sibuk. Sekitar jam 9:30 seorang pria berusia
 70-an datang untuk membuka jahitan pada luka di ibu-jarinya. Aku
 menyiapkan berkasnya dan memintanya menunggu, sebab semua dokter masih
 sibuk, mungkin dia baru dapat ditangani setidaknya 1 jam lagi.

 Sewaktu menunggu, pria tua itu nampak gelisah, sebentar-sebentar
 melirik ke jam tangannya.
 Aku merasa kasihan. Jadi ketika sedang luang
 aku sempatkan untuk memeriksa lukanya, dan nampaknya cukup baik dan
 kering, tinggal membuka jahitan dan memasang perban baru. Pekerjaan
 yang tidak terlalu sulit, sehingga atas persetujuan dokter, aku
 putuskan untuk melakukannya sendiri.

 Sambil menangani lukanya, aku bertanya apakah dia punya janji lain
 hingga tampak terburu-buru. Lelaki tua itu menjawab tidak, dia hendak
 ke rumah jompo untu makan siang bersama istrinya, seperti yang
 dilakukannya sehari-hari. Dia menceritakan bahwa istrinya sudah
 dirawat di sana sejak beberapa waktu dan istrinya mengidap penyakit
 Alzheimer.


 Lalu kutanya apakah istrinya akan marah kalau dia datang terlambat.
 Dia menjawab bahwa  istrinya sudah tidak lagi dapat mengenalinya sejak
 5 tahun terakhir. Aku sangat terkejut dan berkata, Dan Bapak masih
 pergi ke sana setiap hari walaupun istri Bapak tidak kenal lagi? Dia
 tersenyum ketika tangannya menepuk tanganku sambil berkata, Dia memang
 tidak mengenali saya, tapi saya masih mengenali dia, kan?

 Aku terus menahan air mata sampai kakek itu pergi, tanganku masih
 tetap merinding, Cinta kasih seperti itulah yang aku mau dalam
 hidupku.

 Cinta sesungguhnya tidak bersifat fisik atau romantis.
 Cinta sejati  adalah menerima apa adanya yang terjadi saat ini, yang sudah terjadi,
 yang akan terjadi, dan yang tidak akan pernah terjadi.

 Bagiku pengalaman ini menyampaikan satu pesan penting: Orang yang
 paling berbahagia tidaklah harus memiliki segala sesuatu yang terbaik,
 mereka hanya berbuat yang terbaik dengan apa yang mereka miliki. Hidup
 bukanlah perjuangan menghadapi badai, tapi bagaimana tetap menari di
 tengah hujan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar